Setiap hari kita tidak mungkin lepas dari kebutuhan akan Gula, sebagai pemanis pada makanan,masakan dan untuk meniati secangkir kopi, selain Gula pasir ada jenis gula merah atau gula aren atau gula jawa, adalah sebutan yang sama untuk satu jenis gula yang dihasilkan dari bahan yang sama yaitu dari pohon aren atau kawung, harganya yang sedikit mahal ini tentu saja sesuai dengan motif ekonomi semakin langka semakin mahal. Itulah yang terjadi pada komoditas gula merah merah termasuk gula merah di Cibaliung Kabupaten Pandeglang Banten yang pernah meraih Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
Mengapa menjadi langka? pertama adalah keberadaan batang arennya yang sudah mulai langka, batang aren atau yang orang Cibaliung sebut sebagai “Kawung” itu tidak pernah benar-benar diurus bahkan nyaris tidak pernah ada yang sengaja menanamnya. Kaung tumbuh dan tersebar secara alami melalui hewan “careuh” atau dalam bahasa Indonesia disebut Luwak, belum lagi batangnya yang kerap kali ditebang untuk dijadikan tepung, menyebabkan batang aren semakin langka, dengan pertumbuhan puluhan tahun agar dia dapat di ambil lahangnya.
Yang membuat gula merah ini langka juga karena proses pembuatannya yang membutuhkan waktu yang lama.
Yang paling lama adalah adanya aren yang bisa di ambil lahang nya, butuh waktu puluhan tahun agar batang aren layak untuk diambil lahang atau air nira nya.
Aren yang bisa diambil adalah yang sudah akan berbuah, pada lengan atau tangkai bunga buah aren harus di pukul-pukul atau bahasa orang Cibaliung disebut di “tinggur” dengan kayu khusus, diselingi dengan di ayun-ayun minimal dua kali dalam seminggu, selama berbulan-bulan, jika dirasa cukup maka proses selanjutnya adalah memotong lengan tersebut atau istilah petani adalah “magas” dengan golok khusus.
Dalam proses magas potongan lengan harus di beesihkan dengan menggunakan kulit kayu manggis, setiap kali dipotong yang kemudian air nira tersebut ditampung pada ruas bambu yang disebut “lodong”
Setiap pagi dan sore lodong diganti dan di ambil untuk dimasak, proses memasak air nira supaya jadi gula merah membutuhkan waktu sekitar enam jam, dengan api yang harus menyala besar dengan nyala yang stabil, untuk memanaskan kenceng yang berisi air nira tersebut. Selanjutnya jika sudah masak dan layak untuk dicetak, maka cairan gula yang sudah mengental itu akan di cetak kedalam batok tempurung kelapa, dan jika sudah keras akan dibungkus menggunakan daun salak dengan menggabungkan dua cetakan gula dari batok tempurung kelapa tersebut.
Bambu atau ruas bambu yang sengaja dijadikan tempat menampung nira disebut lodong yang tadi digunakan juga harus di “puput” proses mengasapi bagian dalam bambu dengan bambu muda yang dibakar agar asapnya masuk kedalam lodong tersebut.
Jangan lupa juga, saringan lodong yang terbuat dari ijuk aren juga harus dibersihkan agar kualitas gula benar-benar bagus.
Proses panjang itulah menjadikan gula merah Cibaliung menjadi luar biasa, dengan kualitas dan manfaat yang luar biasa untuk kesehatan, seperti menurunkan berat badan, menambah kualitas sperma dan lain-lain
Kalau anda mau order gula merah Cibaliung silahkan hubungi warung saung huma WA 085271014377 ongkir menyesuiakan jarak pemesan dari Cibaliung Pandeglang Banten.
Penulis:Munawir Syahidi