Jika malam mulai merambat naik maka lahirlah kesunyian, suara binatang malam menambah suasana hening yang datang pada rumah kecil tempat menyimpan sejumlah buku bacaan untuk masyarakat, yang dalam hal ini baru menyentuh anak-anak kampung Curug Luhur Desa Waringinjaya Kecamatan Cigeulis tempat TBM Saung Huma berada.
Satu rak buku yang baru selesai didaftar pada daftar buku TBM yang dengan gigih diselesaikan oleh Lisda Yani Tamin beberapa bulan yang lalu.
Kesunyian itulah yang memaksa saya menghadirkan keramaian di tempat dengan kondisi masyarakat transisi, peralihan kepada era digital yang memengaruhi cara berfikir masyarakat dan gaya hidupnya.
Persisnya pada bulan Syawal nanti tepat satu tahun TBM Saung Huma dengan alamat baru di Desa Waringinjaya Cigeulis.
Dimana saungnya? belum ada. TBM Saung Huma alamat Waringinjaya belum memiliki apa-apa hanya rumput hijau dan sebatang pohon tangkil yang diberi amben di bawahnya, tempat anak-anak beraktifitas yang saya menyebutnya sebagai panggung hidup, bukan panggungnya yang hidup tapi semoga panggung itu dapat meberi pengalaman hidup bagi yang pernah naik dan pentas di atasnya.
Dalam berbagai acara pohon tangkil itu senantiasa menjadi pemanis, baru kemarin pada acara AssaumĀ dia memberikan peranan lebih benar menjadi sebuah panggung sangatĀ sederhana, dengan tambahan amben dari tetangga dengan spanduk kecil 1×1 Meter dengan kain sarung yang dijadikan background, didepannya potongan kayu yang digantung, dibawah dan di atas panggung dipenuhi dengan ranting. diguyur hujan selama proses pengerjaannya pada sore tanggal 27 Mei 2018. Sempat membuat saya khawatir jika selama acara yang akan dilaksanakan tanggal 28-30 Mei itu juga diguyur hujan.
Acara pada bulan ramadan ini, Assaum, acara serius santai nunggu magrib alhamdulillah dapat terlaksana dengan maksimal, termasuk yang paling membahagiakan adalah penutupan acara yang dilaksanakan pada tanggal 30 Mei itu berlangsung dengan meriah, Orasi litetasi, pembacaan puisi oleh anak-anak, music live, serta penampilan marawis dari Darel fikri Cimandahan.
Panggung tangkil itu menjadi saksi anak-anak TBM Saung Huma yang dalam hidupnya pertama kali membacakan puisi dihadapan halayak ramai.
Selama tiga hari dengan puncak acara Alhamdulillah tanpa guyuran hujan, tanpa mati lampu, semua seperti yang diinginkan.
Itulah pohon tangkil panggung hidup yang kami miliki, yang kami yakini keterbatasan bukan halangan bagi kita untuk berbuat.
Kalau sesekali anda datang ke TBM Saung Huma jangan kaget kalau belum ada saungnya, karena saungnya telah berdiri dalam hati dan fikiran.
Munawir Syahidi, Pengurus TBM Saung Huma