Menyalakan Literasi

OLAHRAGA64 views

Oleh: M.Asep Rohendi*

 

Rumput Literasi

Oleh: Munawir Syahidi

Tidak ada yang indah

Selain rumput yang rekah

Lemah dan  terinjak di bawah

Menghidupi kerbau yang besar

Kuda yang kencang dan gagah

Literasi rumput yang rekah

Terhampar di bukit hatiku yang gundah

Saya selalu yakin setiap usaha pasti membuahkan hasil, entah kapanpun dan sebesar apapun pasti ada hasil yang akan kita raih. Literasi adalah usaha kita bersama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan adanya Negara Indonesia yang menuangkannya dalam pembukaan UUD 1945, “Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang paling membuat saya yakin bahwa segala bentuk permasalahan sosial dapat diselesaikan dengan literasi adalah firman Allah SWT yang pertama kali turun, Quran Surat Al-Alaq 1-5, atau pada ayat pertama itulah yang menjadi pembuka jalan untuk seluruh permasalahan lahiriah, batiniah secara pribadi dan masalah sosial secara umum, menggunakan kata perintah “Bacalah !” termasuk bukan tidak ada alasan mengapa kemudian Dompet Dhuafa ini juga berbicara tentang literasi, karena meiliki keyakinan yang sama bahkan solusi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat duafa dengan literasi. Duafa menurut kamus besar bahasa Indonesia du.a.fa (Dhuafa menggunakan bacaan Bahsa Arab) istilah dalam agama Islam yang berarti orang-orang lemah (ekonominya dan sebagainya) maka marilah kita yakini bersama program ini juga sama sebagai solusi untuk memecahkan masalah dhuafa bukan hanya dengan memberikan mereka ikan tetapi juga memberikan mereka kail. Membangun literasi masyarakat berarti membangun Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Manusia yang kuat maka tidak akan ada SDM yang dhuafa. Mari kita bangun masyarakat dengan literasi.

Dalam forum ekonomi dunia menyebutkan setiap bangsa wajib menguasai enam literasi dasar yaitu literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi keuangan serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Matsuura Director-general of the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisasion (UNESCO) bahwa literasi bukan hanya saja menyangkut keahlian berfikir dan membaca melainkan menyangkut proes pembelajaran (learning) dan keahlian hidup (life skill) yang akan digunakan manusia.

Saya akan bercerita tentang usaha kecil yang kami lakukan di TBM Cahaya Aksara. Saya paling tidak suka jika orang berbicara Taman Bacaan Masyarakat selalu berbicara tentang buku, karena pada hakikatnya TBM bukan melulu tentang buku-buku tetapi adalah tentang bagaimana menerapkan enam literasi dasar pada tahapan yang lebih mudah untuk mengikis kedhuafaan. Maka peranan literasi di masyarakat jelas akan berbanding lurus dengan kualitas hidup masyarakat yang tentu saja berimbas pada peningkatan ekonomi. Dan menghasilkan masyarakat yang kuat.

Taman Bacaan Cahaya Aksara, salah satu TBM yang ada di Provinsi Banten Kabupaten Paneglang, tepatnya berada di Kampung Curug Luhur RT/RW 004/006 Desa Waringinjaya Kecamatan Cigeulis, dulu nama TBM ini adalah TBM Saung Huma, demi perubahan besar kami bersama seluruh relawan mengubah nama dan logo TBM Saung Huam menjadi TBM Cahaya Aksara. Adalah TBM yang selanjutnya memiliki visi besar pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia yang mempertahankan kreatifitas dan rekresi kearifan lokal. Pendidikan berbasis vokasi.

Seiring berjalannya waktu TBM Cahaya Aksara sekarang telah memiliki saung, tempat membaca permanen, taman bermain anak yang dibantu oleh orang-orang baik dan dari usaha mandiri yang kami lakukan. Sebagai implementasi dari literasi finansial.

Kami berupaya dengan perubahan nama dan perbaikan tata kelola TBM dapat membuat kami lebih baik untuk terus menebar virus literasi.

Kegiatan unggulan TBM Cahaya Aksara yang rutin dilaksanakan adalah “Ngaseuk” (Ngariung Santai Edukasi untuk Kehidupan), merupakan acara untuk anak-anak yang berisi kegiatan gelaran buku, membaca puisi, belajar bahasa inggris dan pengumpulan kerajinan tangan yang diproduksi dan dikreasiakan oleh anak-anak itu sendiri sebagai latihan keahlian hidup. Pendidikan berbasis vokasi. Proses kreativitas belajar di TBM Cahaya Aksara didasarkan pada keceriaan dan alam, alam sangat menjadi penting untuk mendukung kegiatan literasi. Bahkan di acara nagseuk ini sesekali diselingi dengan diskusi ringan tentang kehendak dan cita-cita, misal ada yang nyeletuk ingin naik pesawat udara, kemudian kami tunjukan kepada mereka bagaimana peawat terbang dan mendarat melalui vidio di youtube jika kebetulan kami ada yang sedang punya paket data, setelah itu mereka saya berikan kertas bekas untuk membuat kapalan kertas, sebelum kapalan itu terbangkan mereka harus menuliskan nama mereka dan cita-cita mereka di kapalan tersebut, dan membacakannya di hadapan teman-teman yang lain. Dengan komando mereka berteriak “terbang” dan dilepaskanlah kapalan kertas itu menuju langit tapi tidak pernah sampai, mudah-mudahan yang sampai kepemilik langit adalah doa-doa mereka pada kapalan tersebut, setelah mereka lelah bermain, kami ajak lagi mereka bicara dengan mengajukan beberapa pertanyaan, “Mengapa burung bisa terbang?” mereka menjawab karena ada sayapnya, “Mengapa kapalan kalian tadi bisa terbang?” Mereka menjawab karena ada sayapnya, “lantas bagaimana agar manusia bisa terbang, sementara manusia tidak memiliki sayap?” mereka saling memandang dan satu diantara mereka bicara “Dengan pikirannya manusia bisa terbang” saya sebagai relawan sangat merasa senang sekali dengan jawaban itu, “Ya dengan akal dan pikiran itulah manusia bisa terbang bahkan lebih tinggi daripada burung” dengan pesawat terbang yang dicipta dengan akal pikiran itulah manusia bisa terbang bahkan lebih tinggi daripada burung” Saya jika dekat mereka selalu punya harapan untuk dapat mengurangi keduafaan dan kelemahan. Karena literasi keuangan atau finansial harus lahir dari pikiran-pikiran hebat dan kuat.

TBM ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan relawan yang membantu terselenggaranya kegiatan-kegiatan di TBM Cahaya Aksara, karena pada hakikatnya masyarakatlah pemilik TBM ini, dan masyarakat itu sendiri yang menjadi objek dari kegiatan TBM Cahaya Aksara.

Masyarakat yang terlibat di TBM cahaya aksara diberikan peluang untuk mampu membuat produk dan dipasarkan di TBM Cahaya Aksara. Melalui media sosial dan toko online Cahaya Aksara Store.

Produk TBM Cahaya Aksara salahsatunya adalah kameuti daun gebang, kamueti ini dibuat dari gebang adalah sejenis palma tinggi besar yang tumbuh di dataran rendah, atau ada yang menyebut ini lontar utan, karena memang gebang ini tumbuh di pinggiran dekat hutan Taman Nasional Ujung Kulon.

Beberapa pengembala kambing dan kerbau adalah produsen kameuti di TBM Cahaya Aksara, disela-sela kegiatan mengembala kambing dimanfaatkan untuk membuat kameuti, dalam sehari sang pengembala hanya mampu membuat satu buah kameuti.  Pembuatan kameuti memang membutuhkan waktu dan ketekunan, selain dari cara pemilihan daun gebang yang tidak boleh sembarangan kehati-hatian dan kerapihan diperlukan agar kualitas Kameuti menjadi baik, keseluruhan kameuti ini dari satu pelepah daun gebang yang telah dipilih, daunnya yang dianyam dan pelepahnya yang diurai dijadikan tali dari kameuti itu sendiri.

Kami memberi nama kameuti  ini pada iklan di media sosial dengan nama goodybag kearifan lokal, karena memang awalnya kameuti ini biasa dipakai masyarakat ke ladang untuk membawa hasil panen buah atau palawija. Untuk promosi produk di Saung Huma kami menggunakan tekhnologi informasi yang paling diminati masyarakat yaitu facebook karena melalui promosi itulah beberapa produk kami bisa dijual, nama facebook dan fanspage dengan nama CA Store, di akun Shopee Cahaya Aksara Store, pada bagian inilah kami mencoba literasi finansial yang memanfaatkan  teknologi informasi dan komunikasi, literasi finansial era pandemi seperti ini harus menggabungkannya dengan literasi digital, karena kameuti adalah produk kebudayaan masyarakat, maka kami menginginkan pengembangan ekonomi yang berbasis vokasi. Diakui atau tidak walaupun belum dengan hasil yang signifikan setidaknya ini telah menjadi pembuka bagi masyarakat lain untuk membuat kameuti dan memasarkannya sendiri.

Selain itu dari unit usaha mandiri kami juga memiliki program baru yaitu “Menanam untuk memanen” kegiatan ini adalah kegiatan bagi para pengunjung tetap (Relawan) untuk belajar palawija dengan sistem polyback dan tanam langsung, Sumber bacaan tentang palawija yang disipakan diahas terlebih dahulu agar mereka terbiasa berbuat berdasarkan tuntunan ilmu pengetahuan, dengan proses membaca. Selain itu  kegiatan ini dimaksudkan mengajarkan kepada mereka untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan dan alam, mereka yang menyiapkan tanah, TBM yang menyiapkan polyback  dan benih, setelah itu mereka yang akan mengisi tanah itu masing-masing lima buah benih, benih itu yang mereka rawat dan jaga, setiap hari mereka siram tanaman mereka, dan setiap satu minggu sekali mereka harus belajar melaporkan perkembangan tanaman mereka masing-masing. Termasuk pertumbuhan tanaman mereka dengan mengukur pertumbuhan tanaman dan belajar menganalisis zat dasar dan kecenderungan pada tanaman dengan rujukan informasi literatur maka pada saat itu kami belajar menerapkan literasi sains.

Rencananya setelah tanaman kangkung itu layak panen, mereka sendiri yang akan memasarkannya, proses memasarkan itulah proses literasi yang sebenarnya, karena dari kegitan itu mereka belajar menjadi pedagang yang bisa mencatat dan melaporkan hasil perdagangan mereka. Adapun hasil uang yang mereka peroleh akan dibagi menjadi tiga, bagian pertama untuk pengembangan kegiatan “Menanam memanen” pembelian pupuk dan kebutuhan lainnya. Yang bagian kedua untuk donasi ke Cahaya Aksara sebagai KAS keuangan untuk kegiatan lain di TBM dan Bagian ketiga adalah untuk mereka sendiri sekedar membeli buku tulis dan jajan mereka. Jika hasilnya banyak dan memungkinkan untuk memberi maka mereka kami anjurkan untuk memberikannya kepada warga atau temannya yang sedang membutuhkan agar kegitan tersebut dapat ditularkan kepada masyarakat lebih luas.

Persoalan lain di tempat TBM kami adalah banyaknya,  dari keluarga yang ditinggalkan oleh suaminya merantau ke Bengkulu untuk membuka lahan menanam kopi, Ibu-bu dilibatkan untuk membuat rangginang dan kami coba pasarkan, kami berupaya agar TBM Cahaya Aksara menjadi tempat pengembangan ekonomi untuk relawan ataupun untuk masyarakat sekitar.

*Relawan TBM Cahaya Aksara