Hari Air Sedunia, “Menjaga Mata Air Agar Tidak Menjadi Air Mata”

OPINI79 views

Hari Air Sedunia (world Water Day) ditetapkan pada sidang PBB  pada 22 Desember 1993. Berbagai tema  hari air terus digagas dan tahun 2021 ini tema yang diangkat adalah Valuiting Water, bermakna makna air bagi manusia.

Makna air bagi manusia? Tentu sangat berarti keberadaannya, bayangkan kalu tidak ada air? Apa yang akan kita lakukan? Semua serba susah. Tetapi bagiamana cara mencintai air? Apakah cukup dengan ceremonial? Setelah itu kita menjadi lupa. Wala[un awal mulanya hari air ini adalah unutk menyadarkan masyarakat dunia kan pentingnya air bersih dan pengelolaan sumber air yang berkelelanjutan.

Ketika sidang umum PBB tahun 1992 yang dilaksanakan di De Janeiro Brasil memutuskan 22 Maret sebagai hari air internasional, yang menyerukan agar kita bisa mengurangi menggunakan air.

Berbagai sosialisasi dilakukan, terutama saat hari air sedunia ini. Walaupun kegiatan yang hanya sehari ini tidak memiliki dampak luar biasa. Lantas bagaimana agar kita semua bisa menghargai air? Harus ada kerja besar yang dilakukan.

Nyatanya jangankan di kota, dikampung saja jika kemarau panjang air susah ditemukan, air sungai mengering, mata air telah hilang. Apa penyebabnya? Tentu saja keserakahan manusia.

Keserakahan yang sangat terasa mengesalkan ketika di kampung saja orang kampung harus membeli air dengan harga yang lumayan mahal, ketika kemarau datang, padahal secara logika dikamoung pohonan masih rimbun, air sungai masih bersih, tetapi kenyataanya dibeberapa kampung yang tidak memiliki gunung air juga sulit didapatkan. Mata air mengering, maka mengalirlah air mata.

Populasi manusia yang semakin tinggi membutuhkan tempat yang luas untuk membangun tempat tinggal. Lantas bagaimana solusinya?

  1. Perlu adanya kurikulum lingkungan hidup, yang digagas oleh pemerintah agar mencintai lingkungan ini menjadi sebuah kebutuhan utama manusia Indonesia dari generasi kegenerasi. Karena dengan pendidikan itulah kita dapat mengubah prilaku kita yang senang menebang pohon dan lupa menanam, kita baru sadar ketika air sudah susah kita temukan.
  2. Menggandeng semua komunitas agar dapat terlibat pada aksi mencintai lingkungan, mencintai alam atau lingkungan bukan hanya tugas anak pencinta alam, tetapi juga tugas semua manusia yang pasti membutuhkan air dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Adanya regulasi ditingkat desa yang mengatur tentang komoditas tanaman yang ditanam, terutama pada tempat yang menjadi tumpuan sumber mata air, jangan sampai di hulu mata air diperbolehkan menanam sawit, sehingga mata air menjadi kering.
  4. Mendorong CSR perusahaan tambang yang ada di kampung untuk ikut berkontribusi pada pelestarian alam dan penyediaan air bersih bagi masyarakat yang secara tidak langsung pasti terdampak kekuranngan air karena adanya penambangan.

Hari air bukan hanya ceremonial belaka, harus ada kolaborasi semua pihak untuk terlibat dalam pelestarian alam, dan menjaga sumber air. Sumber air hanya bisa dijaga dengan kita menjaga ekosistem alam. Semoga hari air dapat memberikan kita kesadaran bahwa air hanya dapat dijaga dengan tetap menjaga ekosistem alam.

 

*Munawir Syahidi CEO Cahaya Aksara, di Pandeglang-Banten