Semburat.Com-Pandeglang. Matahari belum juga muncul, baru remang-remang cahaya bulan yang menyinari plastik warna-warni yang dipasang membentang dengan tali panjang di halaman TBM Saung Huma, angin yang meniup membuat plastik itu nampak indah seperti melayang berbaris seolah tanpa tali, kemarin sore sampai malam (31/03/18) anak-anak TBM Saung Huma memasangnya dengan sukacita, termasuk umbul-umbul bendera merah putih yang dipinjam dari kantor desa Waringinjaya, dipasang berjajar sepanjang area kegiatan.
Angin berhembus, sura hujan yang turun disertai angin membuat plastik yang dipasang itu penuh terisi air, terpisah-pisah, dan dua buah umbul-umbul jatuh diderasnya hujan. Menyaksikan semua itu dari balik jendela, sejuta harapan dan kecemasan menghampiri hati, bagaimana kalau sepanjang hari turun hujan? acara ngaseuk bersama itu akan susah sekali dilaksanakan.
Acara Ngaseuk hari ini (01/04/18) ini adalah acara bersama yang dilaksanakan oleh TBM Saung Huma Paksi MAN 4 Pandeglang, TBM Rumah Tukik dan MTs Babul Ulum Cibaliung sebagai peserta kegiatan.
Jam sudah menunjukan jam 07.00 WIB hujan masih terlihat rintik-rintik, anak-anak dari TBM Saung Huma sudah nampak berkumpul dinarea TBM Saung Huma. Cuaca berubah menjadi cukup cerah, jam delapan menjadi setengah sembilan peserta dari Tukik dan Babul Ulum belum juga datang, acara ditunda sampai semua berkumpul, “ini acara silaturahmi, semua hsrus terlibat penuh”
Baru jam sepuluh teman-teman dari TBM Rumah Tukik Ujung Kulon datang ke Tempat acara, kami memaklumi, jarak dan kondisi jalan dari Cimanggu sampai Taman Jaya memang sudah sangat memprihatinkan, bahkan sudah tidak layak untuk disebut sebagai jalan. “Ulang Tahun Pandeglang yang dibuat semeriah mungkin itu, belum juga menjadikan Pandeglang terhindar dari status daerah tertinggal dan jangan bicara infrastruktur, karena pembangunan adalah kado terindah bagi masyarakat Pandeglang di usia ya g ke 144 tahun”
Acara kecil ini, Ngariung Santai Edukasi Untuk Kehidupan, (NGASEUK) Adalah murni kegiatan yang lahir dari keinginan saja, tanpa fasilitas apapun, semua sapat pinjam dan pemberian.
Pagi itu acara dibuka dengan lantunan ayat suci L-quran dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, terasa bergetar jiwa ini ketika lisan yang kelu dari anak-anak di kampung ini menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan semangat.
Acara terus berjalan setelah sambutan dari Mang Abled dari Rumah Tukik, Mang Mahrus dari Babul Ulum dan saya dari TBM Saung Huma, acara pertama adalah pelatihan menulis puisi anti korupsi, yang anak-anak ikuti dengan kebingungan masing-masing, maklum ini acara pertama yang kemudian harus dicari metodenya.
Untuk acara Parade Baca Puisi, saya sangat berbahagia, karena dari teman-teman peserta banyak yang membacakan puisi, yang terakhir ditutup dengan apresiasi baca puisi oleh Paksi MAN 4 Pandeglang yang membacakan puisi Sajak Sebatang Lisong karya WS Rendra dengan koreo grafer Abdul Azis.
Lomba-lomba yang dilaksanakan seperti lomba teka teki silang, Hong-hongan dan Sendok Kelereng anak-anak ikuti dengan sukacita dan bergembira. Pembagian hadiah yang tidak seberapa itu adalah tanda acara resmi berakhir, yang selanjutnya adalah makan bersama alakadarnya di arena perlombaan menikmati ikan asin, panggang lele dan sambel di atas daun dan di bawah terik matahari, kebahagiaan kecil yang diciptakan.
“Terimakasih saya ucapkan kepada yang telah berpartisipasi baik moril atau mater, Mang Abled, Mang Mahrus, anak-anak PAKSI MAN 4 Pandeglang dan Mang Zaenudin Zay yang ikut membantu, semoga acara ini bisa kita laksanakan kembali dengan sukacita dan bergembira”
Reporter: Munawir Syahidi