Dongeng adalah kebudayaan lisan yang nampaknya dikenal di seluruh dunia termasuk di wilayah nusantara, kita mengetahui beberapa dongeng yang berkembang di masyrakat kita menunjukan jika mendongeng adalah kegiatan yang tidak asing bagi masyarakat kita. Termasuk puisi, puisi atau syair, juga bukan sesuatu yang asing bagi masyarakat kita. Dilansir dari berbagai media mengungkapkan jika Hari Dongeng Sedunia bermula di Swedia pada 1991. Kaum Skandinavia atau Nordik di Eropa Utara mengadakan perayaan “Alla berättares dag”, yang berarti hari semua pendongeng, pada Maret. Pada 1997 perayaan untuk para pendongeng juga telah menyebar ke Australia dan Amerika Latin. Perayaan ini semakin menyebar ke seluruh bagian Skandinavia lainnya pada 2002. Kemudian, pada 2009 menandai pertama kalinya perayaan itu dilakukan di enam benua dan 20 Maret ditetapkan sebagai Hari Dongeng Sedunia.
Sedangkan puisi, penyair dan sastrawan juga merupakan golongan yang memiliki peran tersendiri dalam peradaban. Di tanah Arab, sebelum Islam datang penyair dan syair memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Arab. Di Indonesia sendiri sejak jaman kerajaan bangsa kita sudah mengenal syair, baik dalam jampe-jampe atau dalam bahasa sunda disebut jangjawokan. Atau dalam upacara-upacara tradisi di Nusantara.
Kemarin (20/03/2021) kami di Cahaya Aksara menggelar kegiatan hari dongeng dan hari puisi dunia. Kegitan yang dilaksanakan pada jam 14.00 itu sempat membuat khawatir karena hujan yang turun begitu lebat di wilayah Cibaliung. Beberapa relawan yang telah datang merasa was-was jika acara tidak meriah. Tetapi akhirnya kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan.
Munawir Syahidi mengungkapkan jika dengan dongeng anak-anak akan terbangun imajinasinya, dan imajinasi akan membuat anak-anak terbiasa menciptakan sesuatu dengan pikirannya. Misalnya manusia berimajinasi dapat terbang menemukan tekhnologi terbaru semua bermula dari imajinasi.
Kegiatan diskusi yang dimoderatori oleh Fikri Nurrizki itu berjalan seru dan penuh semangat, dibawah suasan hujan yang menghadirkan dingin. Munawir Syahidi sebagai pemateri dan Hafidudin sebagai instruktur memaparkan dan mempraktikan pembacaan puisi dan sedikit mendongeng.
Acara yang juga diselingi oleh penampilan musikalisasi puisi dari anak-anak Paksi MAN 4 Pandeglang itu berakhir pada jam 16.00 WIB. Setelah beberapa peserta memberikan beberapa pertanyaan.
Selain mendongeng dan membaca puisi acara juga dimeriahkan dengan pameran lukisan dari salah satu relawan Cahaya Aksara Mang Aman.
Selepas kegiatan resmi pengunjung dan relawan melakukan poto bersama dan membuka obrolan-obrolan kecil di arena Cahaya Aksara.