Malam itu, (09/03/18) halaman Kantor Dinas Perpustaakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten dipenuhi orang-orang yang tergerak dan tertarik mengikuti acara yang diberi nama “Membaca Rendra”. Acara yang dilaksanakan bersama UKM Gesbica UIN Banten dan Komunitas Soedirman 30 ini juga melibatkan banyak organisasi lintas sektoral, mulai dari organisasi pergerakan sampai komunitas kesenian.
Langit yang hitam sesekali kilatan petir nampak dilangit yang mengancam acara yang dikemas outdoor itu hanya dinaungi kehangatan dan semangat kaum muda. Musik-musik yang menggema mengantar setiap lariknya pada hati dan harapan perubahan.
Acarayang juga diisi dengan orasi budaya, yang pertama dibawakan oleh Kang Fery dari Banten Girang membawakan tema Intelektualitas Rendra, yang kedua orasi budaya dibawakan oleh Ibnu PS Megananda dengan tema Religiusitas Rendra, dan yang terakhir Munawir Syahidi yang membawakan tema Progresivitas Rendra.
“Intelektualitas Rendra tentu saja dapat kita lihat dari puisi-puisi yang begitu luar biasa, puisi yang lahir dari intelektualitas” Kira-kira seperti itu yang ingin disampaikan Fery Banten Girang, sementara berbicara religiusitas Rendara Ibnu PS Megananda menyampaikan kesadaran beragama rendra sampai akhirnya masuk Islam adalah akhir dari pencarian keyakinan yang dialami Rendra.
ProgresifitasRendra adalah pelaksanaan kata-kata, bagaimana kata-kata menjadi sempurna dengan tindakan, dan Rendra yang konsisten membicarakan nasib bangsanya, nasib rakyatnya memaksa dia ditangkap dan dipenjara hampir enam bulanan, Ungkap Munawir Syahidi dalam orasi teakhir malam itu.
“Haripun lengkap malam” Halaman Perpusda masih ramai, acara terus berlanjut dengan pembacaan pusi dan monolog yang keseluruhan dari puisi-puisi Rendra yang memukau dari setiap penampilan meneriakan semangat baru pada setiap yang hadir di halaman gedung milik pemerintah yang sejatinya juga milik rakyat.
Membaca Rendra bukan hanya puluhan orang yang membaca puisi-puisi Rendra, tetapi yang lebih penting adalah mengaplikasikan setiap kata-kata yang mengalir dari pusi-puisi Rendra. “Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi, kebenaran menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”
Dari Redaktur semburat.com