Menjaga Nyala Cahaya Literasi

OLAHRAGA91 views

Tripusat pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat (Ki Hajar Dewantara)

Impikasi dari berbagai hal yang terjadi di sekitar kita tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, pendidikan adalah proses menerima dan mengimplementasikan, wajar jika ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad adalah “Iqro” Bacalah. Pada tahapan membaca inilah terjadi pembelajaran dan pendidikan, baru pada proses menerima.

Proses menerima ini menjadi penting untuk diperhatikan, karena tidak semua harus diterima, harus dari sumber yang sesuai agar dapat diterima dengan benar dan diimplementasikan dengan baik. Literasi adalah cara, cara menyalakan cahaya.

Kegitan literasi hari ini terasa berat karena harus melawan kesenangan anak-anak, anak-anak yang bermain gaway. Bisakah kegiatan literasi lebih menyenangkan dari gaway? Mungin bisa.

Di TBM Cahaya Aksara kami mencoba membuat aktivitas literasi menjadi menyenangkan untuk anak-anak usia 3-6 tahun diantaranya adalah dengan mendongeng.

Munawir Syahidi yang bukan sebagai pendongeng, berupaya mendongengkan sesuatu kepada anak-anak. Ternyata anak-anak senang dengan ekspresi-ekspresi yang dilihat dari wajah saya sebagai pendongeng amatir. Mereka senang mendengar suara ayam berkokok dari mulut saya, suara kambing suara bebek yang mungkin terdengar dan terlihat lucu bagi mereka.

Menyampaikan pesan-pesan ringan kepada anak-anak memang harus dengan sesuatu yang menyenangkan. Dan kesenangan bagi anak-anak sedikit berbeda dengan kesenangan versi orang dewasa.

Tetapi tantangannya selalu sama, siapa yang akan melakukan kegiatan untuk anak-anak selalu kehilangan teman.

Anak-anak muda hari ini juga tidak terlalu tertarik untuk terjun ke wilayah sosial, karena sama, kesenangan dan eksistensi mereka telah tumpah ruah di media sosial.

Sebenarnya tidak terlalu butuh banyak orang untuk berkegiatan literasi, hanya butuh beberapa orang yang mau dan konsisten.

Perjalanannya selalu terasa gagap, maka betul apa yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara dengan konsep tripusat pendidikan. Pendidikan rumah, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat.

Pendidikan rumah menentukan sekali untuk membentuk pribadi yang baik, pendidikan sekolah juga menjadi instrumen kedua yang tidak boleh disepelekan, dan gabungan keduanya adalah pendidikan masyarakat.

Ranah pendidikan masyarakat ini menjadi tanggung jawab kita bersama, maka keberadaan TBM haruslah didukung oleh semua orang.

Tanpa peran semua orang kegiatan di TBM akan terasa melelahkan, karena butuh energi lebih untuk tetap bertahan dan melakukan inovasi-inovasi untuk menjaga cahaya literasi tetap menyala.

*Munawir Syahidi, Cahaya Aksara